Sabtu, 22 November 2008

BANGUNAN KEISLAMAN


BANGUNAN KEISLAMAN

By: M. Agus Salim


Cobalah anda bayangkan suatu bangunan (rumah/gedung) yang sangat indah dan menarik anda disini dalam arti bangunan tersebut sudah lengkap. Berdiri diatas lahan yang luas, fondasi yang kokoh, mempunyai pagar pelindung, halaman, tiang utama penyangga bangunan, lantai, dinding – dinding diantara tiang, lampu penerang, pintu, jendela dan atap bangunan. Bangunan berwarna putih bersih dengan model yangsangat menarik berdiri diatas lahan yang bersertifikat.

Demikian pula seorang mukmin jika di lihat, sangat indah dan menarik hati. Allah mengatakan dalam surat Ali Imran 110 : kuntum khoiro ummatin uhrijat linaas = kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Seorang tersebut ibarat bangunan indah di atas. Bangunan keislaman seorang tersaebut dapat di umpamakan seperti bangunan indah itu. Perumpamaan ini hanya untuk memudahkan kita melihat bangunan keislaman dalam diri kita sendiri, sudah sejauh mana komitmen keislaman kita. Allah sendiri banyak membuat perumpamaan dalam Al-Qur’an untuk memudahkan manusia memahami sesuatu..

Bangunan keislaman itu dimulai dari adanya lahan hidayah yang diberikan Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Di atas hidayah itulah dibangun suatu bangunan keislaman seseorang. Tanpa adanya hidayah ini mustahil dapat di bangun bangunan keislaman. Setelah itu diatas lahan hidayah ini pertama kali tentu dibangun suatu fondasi keimanan, jika fondasi itu kokoh maka kokoh pulalah bangunan keislaman keislaman seseorang, sebaliknya jika fondasinya rapuh maka rapuh pula bangunan tersebut. Untuk tegaknya suatu bangunan maka di perlukan tiang-tiang sholat, tanpa adanya sholat ini tak kan ada yang namanya bangunan keislaman. Dalam Al-Qur’an perintah sholat selalu digandengkan dengan perintah membayar zakat (aqimus sholata wa aatudzakaata) demikian pulalah antara tiang-tiang dengan diding-dindingnya sangat erat. Sebaga atap dari bangunan keislaman itu adalah puasa. Makin besar bangunan tersebut tentu diperlukan tiang-tiang tambahan(sholat2 sunnah), dinding yang makin banyak (infak,shodaqah) dan atap tambahan(puasa syawal,puasa senin-kamis, puasa bulan haji). Tiang, dinding, dan atap inilah yang melindungi penghuninya dari sengatan matahari, guyuran hujan atau tiupan angin/debu/daun yang beterbangan.

Sampai disini pada hakekatnya bangunan keislaman sudah terbentuk. Kualitas dari bangunan tersebut tergantung juga pada komponen2 pembentuknya. Hidayah atau luasnya lahan tergantung pada ikhtiar atau usaha seseorang, makin giat atau makin besar usaha seseorang insya Allah makin luas pula lahan atau hidayah yang diperoleh. Begitu pula fondasi, tiang, dinding dan atapnya, jika dibangun asal2an maka yang terbentuk banguanan kualitas rendah pula, seperti gubuk derita atau rumah bambu yang mudah terbakar dan terhempas badai. Jika anda sholat tapi tidak bayar zakat, ibaratnya seperti bangunan tanpa dinding, seperti sekarang banyak dijumpai gedung2 atau bangunan yang terhenti pembangunannya, hanya tiang2 saja plong. Atau seseorang tidak berpuasa, ibarat bangunan tanpa atap. Jadi ketiga komponen dasar itu mutlak harus ada. Tidak sholat, zakat dan tidak puasa, tetapi dia tetap mengaku beragama islam maka yang dia punya hanya lahan hidayah saja (mengaku islam), tetapi diatasnya belum ada bangunan keislaman sama sekali.

Sampai disini sebenarnya kita sudah bisa mengira-ngira bentuk dan dasarnya bangunan keislaman yang kita bangun. Lantai bangunan diumpamakan sebagai Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah dimana penghuninya setiap berjalan dan bergerak selalu mempunyai pijakan yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Untuk menerangi kehidupan penghuninya, dzikrullah dan shalawat nabi merupakan lampu penerang bangunan tersebut. Pintu dan jendela merupak lubang masuknya tamu-tamu tak diundang (godaan setan/jin/manusia). Pintu rumah itu adalah kesabaran dan keikhlasan, jendela adalah ilmu yang dari mana penghuninya dapat melihat dunia luar dan belajar mengetahui mana yang benar dan salah. Dengan kesabaran, keikhlasan dan ilmu penghuni dapat menangkal masuknya tamu-tamu tak diundang tersebut. Syaithan pun akan lari jika bangunan tersebut di terangi oleh lampu dzikrullah dan shalawat nabi.

Warna dan model bangunan dapat membuat siapa saja yang melihatnya tertarik. Bangunan yang bersih, kokoh dan bagus, sekilas saja dan dari kejauhan sudah tampak menarik hati banyak orang, demikian juga akhlak orang mukmin sejati, membuat teduh dan menarik hati yang melihatnya. Akhlakul karimah ini merupakan.daya pikat seorang mukmin. Seseorang yang rajin beribadah tapi sering menyakiti hati orang lain ibaratnya seperti bangunan yang warna dan modelnya tidak menarik hati.

Pagar yang mengelilingi lahan dan bangunan keislaman ibarat sebagi jihad fisbilillah, berjuang di jalan Allah. Pagar ini melindungi semua komponen yang ada didalam bangunan islam,menjamin kelangsungan dan tegaknya syiar islam. Terakhir dari bahasan ini adalah lahan tempat berdirinya bangunan keislaman ini perlu dibuat sertifikatnya dengan menunaikan ibadah haji.

Mudah-mudahan perumpamaan ini dapat mempermudah melihat posisi keberagamaan kita, sejauh mana komitmen keislaman kita dengan mengibaratkan atau membayangkan bentuk bangunannya. Jika bangunan kita masih rapuh atau belum lengkap atau tidak menarik hati maka marilah kita tingkatkan bangunan keislaman kita menjadi lebih baik dan menarik hati, bukankah kita juga sangat senang melihat rumah kita bagus dan bersih? Itulah pribadi seorang muslim / mukmin sejati, kokoh, bersih, cantik dan menarik hati.

Memang perumpamaan ini tidak seratus persen sama, tapi penulis kira sudah cukup untuk memberikan gambaran. Bedanya adalah sampai saat ini belum ada yang namnya bangunan tahan gempa kuat, misalnya 10 skala richter. Pada gempa sekuat ini seluruh bangunan insya Allah sudah ambruk hancur, tetapi beda dengan kepribadian muslim, jangankan 10 skala richter, sampai bumi ini pun runtuh dia akan tetap kokoh dan tegak berdiri, insya Allah.

Firman Allah SWT dalam surat At Taubah : 72

“ Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan,(akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keberuntungan yang besar.